Selasa, 26 April 2011

AKHLAQ KEPADA GURU

AKHLAQ KEPADA GURU

Guru adalah orang tua kedua, yaitu orang yang mendidik murid-muridnya untuk menjadi lebih baik sebagaimana yang diridhoi Alloh ‘azza wa jalla. Sebagaimana wajib hukumnya mematuhi kedua orang tua, maka wajib pula mematuhi perintah para guru selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan syari’at agama.

Di antara akhlaq kepada guru adalah memuliakan, tidak menghina atau mencaci-maki guru, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada guru adalah mendatangi tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

“Barangsiapa menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah )

Di antara akhlaq kepada guru adalah datang ke tempat belajar dengan penampilan yang rapi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ

“Sesungguhnya Alloh itu indah dan suka kepada keindahan.”

( HR. Ahmad, Muslim dan Al-Hakim )

Di antara akhlaq kepada guru yaitu diam memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan, sebagaimana hadits Abu Sa’id Al-Khudri ra :

وَ سَكَتَ النَّاسُ كَأَنَّ عَلَى رُءُوسِهِمْ الطَّيْرَ

“Orang-orang pun diam seakan-akan ada burung di atas kepala mereka.” ( HR. Al-Bukhori )

Imam Sufyan Ats-Tsauri rohimahulloh berkata : “Bila kamu melihat ada anak muda yang bercakap-cakap padahal sang guru sedang menyampaikan ilmu, maka berputus-asalah dari kebaikannya, karena dia sedikit rasa malunya.”

( AR. Al-Baihaqi dalam Al-Madkhol ilas-Sunan )

Di antara akhlaq kepada guru adalah bertanya kepada guru bila ada sesuatu yang belum dia mengerti dengan cara baik. Alloh berfirman :

فَاسْأَلُوْا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لاَ تَعْلَمُوْنَ

“Bertanyalah kepada ahli dzikr ( yakni para ulama ) bila kamu tidak tahu.”

( Qs. An-Nahl : 43 dan Al-Anbiya’ : 7 )

Rosululloh saw bersabda :

أَلاَ سَأَلُوْا إِذْ لَمْ يَعْلَمُوا فَإِنَّمَا شِفَاءُ الْعِيِّ السُّؤَالُ

“Mengapa mereka tidak bertanya ketika tidak tahu ? Bukankah obat dari ketidaktahuan adalah bertanya ?” ( HSR. Abu Dawud )

Dan menghindari pertanyaan-pertanyaan yang tidak ada faedahnya, sekedar mengolok-olok atau yang dilatarbelakangi oleh niat yang buruk, oleh karena itu Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لاَ تَسْأَلُوْا عَنْ أَشْيَاءَ إِنْ تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan sesuatu yang bila dijawab niscaya akan menyusahkan kalian.” ( Qs. Al-Maidah : 101 )

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِيْنَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَيْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ

“Sesungguhnya orang muslim yang paling besar dosanya adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, lantas menjadi diharamkan lantaran pertanyaannya itu.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan Muslim )

Ketika bertanya mestinya dilakukan dengan cara dan bahasa yang bagus.

Berkata Imam Maimun bin Mihron : “Pertanyaan yang bagus menunjukkan separuh dari kefahaman.” ( AR. Al-Khothib Al-Baghdadi dalam Al-Jami’ )

Di antara akhlaq kepada guru adalah menegur guru bila melakukan kesalahan dengan cara yang penuh hormat, sebagaimana sabda Rosululloh :

الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ , قُلْنَا : لِمَنْ ؟ قَالَ لِلَّهِ وَ لِكِتَابِهِ وَ لِرَسُولِهِ وَ لأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَ عَامَّتِهِمْ

“Agama adalah nasihat.” Kami ( Shahabat ) bertanya : “Untuk siapa ?” Beliau menjawab : “Untuk menta’ati Alloh, melaksanakan Kitab-Nya, mengikuti Rosul-Nya untuk para pemimpin kaum muslimin dan untuk orang-orang umum.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll )

AKHLAQ KEPADA TEMAN

Di antara akhlaq kepada teman atau kawan, baik teman di sekolah, di lingkungan maupun di tempat-tempat yang lain adalah menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda.” ( HSR. Ahmad dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada teman adalah bersikap ramah kepadanya, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam :

تَبَسُّمُكَ فِي وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ

“Senyumanmu kepada wajah saudaramu terhitung shodaqoh bagimu.” ( HSR. At-Tirmidzi )

Rosululloh saw bersabda :

لاَ تَحْقِرَنَّ مِنْ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا وَ لَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Jangan kamu remehkan perbuatan baik walaupun sedikit, sekalipun kamu menemui saudaramu dengan wajah yang berseri-seri.” ( HR. Ahmad dan Muslim )

Dalam hadits yang lain beliau bersabda :

حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ خَمْسٌ : رَدُّ السَّلاَمِ وَ عِيَادَةُ الْمَرِيْضِ وَ اتِّبَاعُ الْجَنَائِزِ

وَ إِجَابَةُ الدَّعْوَةِ وَ تَشْمِيْتُ الْعَاطِسِ

“Hak seorang muslim atas muslim yang lainnya ada lima, yaitu : “Menjawab salam, menengoknya orang yang sakit, mengiringi jenazahnya, mendatangi undangannya, dan mendoakan “yarhamukalloh” untuk yang bersin.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim dan Ibnu Majah )

Di antara akhlaq kepada teman adalah saling tolong-menolong dalam kebaikan, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

وَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَ التَّقْوَى وَ لاَ تَعَاوَنُوْا عَلَى الإِثْمِ وَ الْعُدْوَانِ

“Saling tolong-menolonglah di dalam kebajikan dan taqwa, dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” ( Qs. Al-Maidah : 2 )

Rosululloh saw bersabda :

مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

“Barangsiapa yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, niscaya Alloh memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat.” ( HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmirdzi dan Ibnu Majah )

Di antara akhlaq kepada teman tidak mencela atau mengolok-olok, dan tidak memanggilnya dengan panggilan yang buruk, karena Alloh ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُوْنُوْا خَيْرًا مِنْهُمْ وَ لاَ نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَ لا تَلْمِزُوْا أَنْفُسَكُمْ وَ لاَ تَنَابَزُوا بِالأَلْقَابِ بِئْسَ الاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الإِيمَانِ وَ مَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lainnya, boleh jadi yang diolok-olok lebih baik daripada yang mengolok-olok, dan janganlah kaum wanita mengolok-olok wanita yang lainnya, boleh jadi wanita yang diolok-olok lebih baik daripada wanita yang mengolok-olok, jangan pula mencela diri sendiri, dan janganlah memanggil dengan julukan-julukan ( yang jelek ), sejelek-jelek nama adalah kefasiqan setelah iman, barangsiapa yang tidak bertaubat mala mereka itulah orang-orang yang zhalim.” ( Qs. Al-Hujurot : 11 )

Di antara akhlaq kepada teman yaitu tidak menggunjing yaitu tidak menyebarkan aib dan kekurangannya. Alloh berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَ لاَ تَجَسَّسُوْا وَ لاَ يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُ وَ اتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa. Janganlah kalian saling mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lainnya, apakah salah seorang di antara kalian suka memakan bangkai saudaranya yang sudah mati ? Tentu kalian tidak menyukainya. Bertaqwalah kepada Alloh, sesungguhnya Alloh Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” ( Qs. Al-Hujurot : 12 )

Rosululloh saw bersabda :

وَ مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang menyembunyikan aib seorang muslim, Alloh pasti akan menutup aibnya pada hari qiamat.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada teman yaitu tidak saling mendengki, tidak saling menipu, tidak saling membenci dan tidak saling membelakangi, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

لاَ تَحَاسَدُوْا وَ لاَ تَنَاجَشُوْا وَ لاَ تَبَاغَضُوْا وَ لاَ تَدَابَرُوْا

“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling menipu, jangan saling membenci dan jangan saling membelakangi !” ( HR. Ahmad dan Muslim )

Di antara akhlaq kepada teman yaitu tidak saling menzhalimi, sebagaimana firman Alloh dalam hadits qubsi :

يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلاَ تَظَالَمُوْا

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan zhalim atas diri-Ku, dan Aku pun telah menjadikannya haram di antara kalian maka janganlah kalian saling menzhalimi !” ( HR. Muslim )

Rosululloh saw bersabda :

عَنْ أَنَسٍ t قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ r : انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُوْمًا ! قَالُوْا :

يَا رَسُوْلَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا ؟ قَالَ : تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ

“Dari Anas ra dia berkata : “Rosululloh saw bersabda : “Tolonglah saudaramu dalam keadaan zhalim atau pun dizhalimi !” Para Shahabat pun bertanya : “Wahai Rosululloh, ini bila kami menolongnya dalam keadaan dia dizhalimi, bagaimana kami menolongnya dalam keadaan dia berbuat zhalim ?” Rosul menjawab : “Cegah dia dari melakukannya !” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada teman adalah tidak menyuruh berdiri seseorang untuk kemudian dia menduduki tempat duduknya, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

لاَ يُقِيْمُ الرَّجُلُ الرَّجُلَ مِنْ مَجْلِسِهِ فَيَجْلِسَ فِيهِ وَ لَكِنْ تَفَسَّحُوْا وَ تَوَسَّعُوْا

“Tidak layak menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya kemudian dia duduk padanya, tetapi berlapang-lapanglah dan luaskanlah !” ( HR. Ahmad dan Muslim )

Di antara akhlaq kepada teman adalah tidak boleh mendiamkan lebih dari tiga hari, sebagaimana sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam :

وَ لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ أَيَّامٍ

“Tidak halal bagi seorang muslim untuk memboikot saudaranya lebih dari tiga hari.” ( HR Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi dll )

Di antara akhlaq kepada teman adalah saling mengoreksi dengan semangat persaudaraan, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ وَ الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَ يَحُوْطُهُ مِنْ وَرَائِه

“Seorang mu’min adalah cermin bagi mu’min lainnya, dan seorang mu’min adalah saudara bagi mu’min yang lainnya, dia mencegahnya dari kerugian dan menjaga ( membela)nya di belakangnya.” ( HHR. Abu Dawud )

Di antara akhlaq kepada teman adalah tidak suka mencela dan berkata kotor atau pun kasar, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَ لاَ اللَّعَّانِ وَ لاَ الْفَاحِشِ وَ لاَ الْبَذِيْءِ

“Seorang mu’min bukanlah orang yang suka mencela, tidak suka melaknat, tidak berbuat keji dan tidak berkata kotor.” ( HSR Ahmad dan At-Tirmidzi )

Rosululloh saw juga bersabda :

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَ قِتَالُهُ كُفْرٌ

“Mencela seorang muslim adalah kefasiqan dan memeranginya adalah kekufuran.” ( HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai dll )

Dan tidak boleh pula memutuskan hubungan silaturrahim, karena Nabi saw bersabda :

لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

“Tidak akan masuk syurga orang yang memutuskan hubungan silaturrhim.”

( HR. Ahmad, Al-Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi )

Di antara akhlaq kepada teman adalah tidak boleh mencuri dengar pembicaraan yang mereka. Rosululloh saw bersabda :

مَنْ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيْثِ قَوْمٍ وَ هُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ أَوْ يَفِرُّونَ مِنْهُ صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ

يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Barangsiapa yang berusaha mendengarkan pembicaraan orang-orang yang mereka tidak suka ( untuk didengar pihak lain ) atau mereka menghindarinya niscaya akan dituangkan timah ke dalam telinga mereka pada hari qiyamat.” ( HR. Ahmad dan Al-Bukhori )

Di antara akhlaq kepada teman yaitu mema’afkan kesalahan teman-teman, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

وَ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا فَمَنْ عَفَا وَ أَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الظَّالِمِيْنَ

“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa mema’afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas ( tanggungan ) Alloh. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zhalim.” ( Qs. Asy-Syuro’ : 40 )

Di antara akhlaq dengan teman yaitu memilih teman karib yang baik karena teman karib atau sahabat dekat akan banyak mempengaruhi agama dan akhlak seseorang, sebagaimana sabda Rosululloh saw :

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِطُ

“Seseorang berdasarkan agama teman dekatnya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian meneliti dengan siapa dia bergaul.” ( HHR Ahmad )

Tiada ulasan: